Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe (Zingiber officinale) berasal dari Asia, yang tersebar dari India sampai Cina. Karena itu, kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai yang pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat.
Jahe telah dibudidayakan di negara-negara Australia, Sri Lanka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, dan Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi. India merupakan negara produsen terbesar, yaitu lebih dari 50 persen dari total produksi jahe dunia.
Pengertian jahe di Indonesia adalah batang yang tumbuh dalam tanah yang disebut rimpang. Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya, jahe dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu jahe putih besar disebut juga jahe badak, jahe putih kecil, dan jahe merah (jahe sunti). Penghangat Badan
Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula, dan berbagai minuman. Jahe juga digunakan pada industri obat, minyak wangi, dan jamu tradisional. Bisa juga diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng, dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami.
Dalam perdagangan, jahe dijual dalam bentuk segar, kering, bubuk, dan awetan. Terdapat juga hasil olahan seperti minyak astiri dan koresin, diperoleh dengan cara penyulingan, yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, sosis, dan lain-lain.
Bila kita minum segelas wedang jahe, ronde, bandrek, atau esteemje alias susu-telur-madu-jahe, sudah pasti badan akan terasa hangat. Ini memang khasiat paling populer yang dimiliki jahe. Padahal, masih banyak khasiat jahe lainnya seperti untuk menyembuhkan batuk kering dan radang tenggorokan serta sebagai tonikum.
Selain itu, jahe juga bisa menambah nafsu makan karena merangsang selaput lendir perut besar dan usus. Bagi yang sering menderita mabuk darat atau laut, jahe bermanfaat mencegah mabuk. Bahkan ada pakar yang menyatakan, tanaman ini bermanfaat pada kasus iritasi ginjal. Sebagai obat luar, parutan jahe juga bisa dipakai sebagai kompres untuk mengobati rematik dan sakit kepala.
Acar dan Asinan
Rimpang tanaman ini sudah umum dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Penggunaannya dalam dunia pengobatan pun sudah dilakukan sejak lama. Kini, negara-negara Barat juga melakukan penelitian terhadap tanaman ini untuk digunakan sebagai obat. Di Denmark, tanaman ini diteliti agar mendapatkan senyawa aktif yang bisa digunakan untuk mengatasi rematik, dan berhasil.
Namun, jahe sebenarnya lebih populer sebagai bahan makanan dan minuman. Di Jepang, rebung atau tunasnya dijadikan bahan sayur, acar, atau asinan. Hasil olahan itu sangat populer karena aroma dan cita rasanya yang khas. Terhadap tubuh, makanan dari rebung jahe membantu menyehatkan badan, memperlancar air seni, dan memperbaiki sistem pencernaan.
Di Indonesia, mungkin baru orang Manado yang memanfaatkan rebung jahe sebagai salah satu pendamping nasi untuk lalapan didampingi sambal pedas. Cara memakannya selalu diikuti dengan meminum saguer (semacam tuak). Terkadang rebung jahe terlebih dahulu dimasukkan ke dalam saguer, dan supaya awet ke dalamnya diberi sedikit garam. Lalapan ini, konon, akan membuat tenaga kita menjadi berlipat ganda.
Rimpang jahe juga bisa diolah jadi manisan. Caranya, jahe yang sudah dibersihkan dimasak dalam air gula selama 2-3 jam. Setelah itu dipindahkan ke suatu tempat dan dibiarkan selama beberapa hari. Jahe dimasak untuk kedua kalinya dalam larutan gula seperti ketika memasak pertama. Setelah ditiriskan dan didinginkan, manisan ini siap dinikmati.
Pada masa lampau, cara ini digunakan di Kanton, Cina, untuk keperluan ekspor. Di tempat lain tentu caranya berbeda, bahkan lebih rumit.
Hanya saja, dengan cara ini manisan jahe masih dirasakan terlalu pedas. Ada cara mengurangi kepedasannya seperti yang dilakukan di Jamaika, yaitu direndam dalam air mengalir selama 12 jam.
Cara lain, jahe yang telah dibersihkan, kemudian direngatkan (dikeprak), lalu direndam dalam air asin selama 24-48 jam. Setelah itu, direndam lagi dalam air beras selama satu malam. Berikutnya direndam lagi dalam air bersih selama 5-10 hari dan setiap 12 jam airnya diganti. Hasilnya, siap dijadikan bahan manisan.
Source: dechacare
Tidak ada komentar:
Posting Komentar